Pusat Industri
Sumedang bukan hanya saja
diikonkan sebagai kota tahu, ternyata Sumedang juga memiliki sumber daya
manusia yang cukup unggul di bidangnya masing-masing. Salah satu diantaranya
sebagai pengrajin sekaligus perintis Batik Sumedang. Ibu Ina Mariana namanya
yang kini beralamat di Desa Cimasuk, Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.
Dia juga tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana. “Rumah saya sudah
digadaikan. Ini saya menumpang pada rumah dinas suami, usaha saya bangkrut.
Habis, semua habis. Utang saya bertumpuk dan sedang saya cicil sedikit demi
sedikit,” kata Ina Mariana (50).
Batik Sumedang mulai dipopulerkan
pada pertengahan tahun 90an, dan berkembang pesat sampai tahun 2002. Saat
itu, ia mampu melahirkan setidaknya 20 pengrajin batik. Sebulan ia bisa
menjual sekitar 600 potong batik batik cap, 1 sampai 2 potong batik tulis.
Dan juga mendapat dukungan dari bupati saat itu, H. Misbach, yang ikut
menyosialisasikan Batik Sumedang dengan menganjurkan pemakaian seragam batik
bagi para pegawai pemerintah daerah.
Adapun motif motif batik khas
Sumedang; seperti motif Lingga, Kembang Boled, Hanjuang, Klowongan Tahu,
Mahkota (Siger) Binokasih, dan Pintu Srimangganti. Semua motif tersebut
terinspirasi dari sejarah kerajaan yang pernah ada di Sumedang, Geusan Ulun.
Disamping itu, terdapat motif-motif yang dipengaruhi budaya lokal daerah
Cirebon, Yogyakarta, Solo maupun Pekalongan. Seperti Ragam Hias “Taburan
Merica”, “Taburan Beras”, dan “Merak Ngibing”.
Namun pada tahun 2004, usaha Batik
Sumedang mulai mengalami penyusutan dan juga kerugian. Terutama setelah
populernya tekstil bercorak batik. Bagaimana tidak hal itu tidak terjadi,
karena harga selembar batik cap tekstil lebih murah yaitu sekitar Rp 10.000,
itu pun ada yang sudah jadi kemeja. Sementara harga batik cap buatan Ibu Ina
untuk upah mencelup, mencap dan mencanting saja sudah Rp 25.000. Jadi untuk
perlembarnya sekitar Rp 50.000 untuk bahan kain katun nomor satu. Apalagi
untuk batik tulis bisa mencapai Rp 250.000 perlembar. Masuknya tekstil
bercorak batik mengubah konstelasi batik kesumedangan pun hilang dari pasaran.
Berikut foto-foto Batik Sumedang:
- Motif Lingga
- Motif Kuda Renggong
- Motif Mahkota Binokasih
- Motif Daun Boled
Bukan hanya batik sumedang sebagai pusat industri tetapi industri tekstilpun menjadi pusat industri di kabupaten sumedag. Pemkab Sumedang siap menjadi pusat industri tekstil nasional. Industri tekstil yang saat ini banyak berkembang di wilayah tenggara Bandung yaitu di Majalaya mulai melebarkan usahanya ke wilayah Sumedang, tepatnya di Jatinangor dan Cimanggung.
Namun, di wilayah ini kini lebih cocok digunakan untuk usaha properti dan perdagangan. Usaha tekstil kini akan dialihkan ke Ujungjaya. Di kawasan inilah pusat industri tekstil siap dibangun.
Sumedang siap menjadi pusat industri tekstil yaitu di Ujungjaya, setelah Cimanggung dan Jatinangor kini lebih cocok menjadi industri pengolahan makanan minuman dan kawassan perdagangan, kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumedang Asep Sudrajat, Senin (25/8/2014).
Rencana ini ada setelah Sumedang memaparkan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Sumedang 2011-2031 kepada pemerintah pusat.
Dari pemaparan tersebut, pemerintah tertarik akan mengembangkan pusat tekstil di Sumedang menyusul meningkatnya ekspansi perusahaan tekstil di dalam negeri. Malah sekarang pemerintah melalui Kementerian Perindustrian saat ini tengah menyusun program pengembangan industri tekstil di Sumedang, kata Asep.
Oleh karenanya, Pemkab Sumedang diminta untuk membuat kawasan industri di Ujungjaya berbeda dengan kawasan industri lainnya.
Inilah yang akan dikaji lebih dalam lagi, yaitu memadukan kawasan industri dan wisata agar tampak menarik dibanding kawasan industri di wilayah lainnya, ujar Asep.
Saat ini, ada 10 pabrik tekstil di zona industri Cimanggung-Jatinangor. Sebanyak 7 pabrik lainnya merupakan pabrik pengolahan makanan dan minuman. Pabrik-pabrik ini tercatat berada di lokasi administratif Sumedang.
Berikut Foto kegiatan Industri Tekstil Sumedang:
0 komentar:
Posting Komentar